BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat dan ilmu
adalah dua kata yang saling berkaitan, baik secara subtansial maupun historis,
hal itu dikarenakan bahwa kelahiran ilmu tidak lepas dari sebuah peranan dari
filsafat dan sebaliknya perkembangan ilmulah yang memperkuat keberadaan dari
filsafat itu sendiri. Dengan filsafat pula pola pikir yang selalu tergantung
pada yang ghaib diubah menjadi pola pikir yang tergantung pada rasio.
Perubahan dari pola
pikir mitos ke rasio membawa implikasi yang tidak kecil. Alam dengan segala
gejalanya yang selama itu ditakuti sekarang didekati dan bahkan bisa dikuasai.
Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori
ilmiah yang mejelaskan perubahan yang terjadi, baik alam semesta maupun pada
manusia itu sendiri.
Filsafat ilmu merupakan
cabang filsafat yang berusaha mencerminkan segala sesuatu secara dasar dengan
berbagai persoalan mengenai ilmu pengetahuan, landasan dan hubungan dari segala
segi kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan penerus dalam pengembangan
filsafat pengetahuan, itu disebabkan pengetahuan tidak lain adalah tingkatan
yang paling tinggi dalam perangkat pengetahuan manusia.
Oleh
karena itu mempelajari ilmu filsafat membuka candela ilmu pengetauan untuk
lebih mengerti, memahami dan dapat memanfaatkan ilmu untuk kebaikan diri
sendiri, orang lain, alam semesta terutama untuk Allah swt. Berdasarkan hal di
atas, maka makalah ini akan menguraikan pengertian dari filsafat ilmu, dan
ruang lingkup dari filsafat ilmu tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penyusun merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian filsafat ilmu?
2. Bagaimana ruang lingkup filsafat ilmu?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari filsafat
ilmu.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup filsafat
Ilmu.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Filsafat Ilmu
Pengertian filsafat
ilmu dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli
filsafat dan yang lainnya selalu berbeda pendapat dan hampir sama banyaknya
dengan ahli filsafat itu sendiri. Oleh karena itu pengertian filsafat ilmu
dapat ditinjau dari dua segi yakni secara etimologi dan terminologi. Akan
tetapi sebelum membahas masalah pengertian filsafat ilmu akan lebih baiknya
kita mengetahui apa itu pengertian dari filsafat dan ilmu.
1.
Pengertian Filsafat
Kata
filsafat yang dalam bahasa Arab falsafah, yang dalam bahasa Inggris dikenal
dengan istilah philosophy, adalah berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia.
Kata philosopia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia
yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi filsafat berarti
cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang khusus dari seorang filsuf
adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan
oleh Pyhthagoras (496-582 SM).
Secara
terminologi pengertian filsafat menurut para filsuf sangat beragam, Al-Farabi
mengartikan filsafat sebagai ilmu tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki
hakikat yang sebenarnya. Ibnu Rusyd mengartikan filsafat sebagai ilmu yang
perlu dikaji oleh manusia karena dia dikaruniai akal. Immanuel Kant mengartikan
filsafat sebagai ilmu yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan yang
di dalamnya mencakup masalah epistimologi yang menjawab persoalan apa yang
dapat kita ketahui.
Aristoteles
mengartikan filsafat sebagai ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di
dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan
estetika. Adapun Ali Mudhofir mengartikan filsafat sebagai suatu sikap terhadap
kehidupan dan alam semesta, sebagai suatu metode, sebagai kelompok persoalan,
sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna, dan sebagai usaha
untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan akal
sampai pada hakikatnya. Filsafat bukannya mempersoalkan gejala-gejala atau
fenomena akan tetapi mencari hakikat dari fenomena tersebut.
2.
Pengertian Ilmu
Ilmu
berasal dari bahasa Arab yaitu ‘alima, ya’lamu, ‚ilman dengan wazan fa’ila,
yaf’alu yang berarti mengerti, memahami benar-benar, seperti ungkapan berikut علم
اصموعى درس الفلسفة (Asmu’i telah memahami pelajaran filsafat). Dalam bahasa
Inggris ilmu disebut science, dari bahasa latin scientia-scire (mengetahui),
dan dalam bahasa Yunani adalah episteme.
Adapun beberapa definisi
ilmu menurut para ahli di antaranya adalah :
a)
Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag,
mendefinisikan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik.
b)
Ashley Montagu, Guru Besar Antropolog di
Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun
dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk
menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
c)
Harsojo, Guru Besar Antropolog di
Universitas Pajajaran, menerangkan bahwa ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang
sistematikan, suatu pendekatan atau metode terhadap seluruh dunia empiris, dan
suatu cara untuk menganalisis.
d)
Afanasyef, seorang pemikir marxist
bangsa Rusia mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan manusia tentang alam,
masyarakat dan pikiran.
Dari
beberapa pendapat tentang ilmu menurut para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat
tertentu yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat
diukur, terbuka dan kumulatif.
3.
Pengertian Filsafat Ilmu
Cabang
filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Filsafat ilmu dapat dibedakan
menjadi dua yaitu filsafat ilmu dalam arti luas dan sempit,
·
filsafat ilmu dalam arti luas yaitu
menampung permasalahan yang menyangkut hubungan luar dari kegiatan ilmiah,
·
sedangkan dalam arti sempit yaitu
menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan dalam yang terdapat di
dalam ilmu.
Banyak
pendapat yang memiliki makna serta penekanan yang berbeda tentang filsafat
ilmu.
o
Menurut Prof. Dr. Conny R. Semiawan, dkk
mengartikan filsafat ilmu dalam empat titik pandang yaitu mengelaborasikan
implikasi yang lebih luas dari ilmu, mengasimilasi filsafat ilmu dengan
sosiologi, suatu sistem yang di dalamnya konsep dan teori tentang ilmu
dianalisis dan diklasifikasi, dan suatu patokat tingkat kedua yang dapat
dirumuskan antara doing science dan thinking tentang bagaimana ilmu harus
dilakukan.
o
Adapun The Liang Gie mendefinisikan
filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai
segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala
segi dari kehidupan manusia.
Untuk mendapatkan
gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu dapat dirangkum menjadi tiga
yaitu :
a) Suatu
telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu,
b) Upaya
untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep mengenai ilmu dan upaya
untuk membuka tabir dasar-dasar keempirisan, kerasionalan, dan kepragmatisan,
dan
c) Studi
gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang ditunjukkan
untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.
4.
Persamaan dan Perbedaan Filsafat dan
Ilmu
Ø Persamaan
filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut :
a)
Keduanya mencari rumusan yang
sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
b)
Keduanya memberikan pengertian mengenai
hubungan yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba
menunjukkan sebab-sebabnya.
c)
Keduanya hendak memberikan sintesis,
yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
d)
Keduanya mempunyai metode dan sistem.
e)
Keduanya hendak memberikan penjelasan
tentang kenyataan keseluruhan timbul dari hasrat manusia, akan pengetahuan yang
lebih mendasar.
Ø Perbedaan
filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut :
a) Objek
material filsafat bersifat universal, sedangkan objek material ilmu bersifat
khusus dan empiris.
b) Objek
formal filsafat bersifat nonfragmentaris, sedangkan objek formal ilmu bersifat
fragmentaris, spesifik, dan intensif.
c) Filsafat
dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi,
kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan
trial and error.
d) Filsafat
memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman
realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif yaitu menguraikan
secara logis yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
e) Filsafat
memberikan penjelasan yang terakhir, mutlak, dan mendalam sampai mendasar,
sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, lebih dekat
dan sekunder.
B. Ruang
Lingkup Filsafat Ilmu
a. Komponen
Filsafat Ilmu
Bidang garapan Filsafat
ilmu terutama diarahkan pada komponen‑komponen
yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, tiang penyangga itu ada tiga
macam yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1.
Ontologi
Kata
ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On berarti being, dan Logos berarti
logic. Jadi ontologi adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan
sebagai keberadaan). Sedangkan menurut Amsal Bakhtiar, ontologi berasal dari
kata ontos yang berarti sesuatu yang berwujud. Ontologi adalah teori atau ilmu
tentang wujud, tentang hakikat yang ada. Ontologi tidak banyak berdasarkan pada
alam nyata tetapi berdasarkan pada logika semata.
Noeng
Muhadjir mengatakan bahwa ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak
terkait oleh satu perwujudan tertentu. Sedangkan jujun mengatakan bahwa
ontologi membahas apa yang kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu atau
dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang yang ada. Sidi Gazalba
mengatakan bahwa ontologi mempersoalkan sifat dan keadaan terakhir dari
kenyataan. Karena itu ontologi disebut ilmu hakikat, hakikat yang bergantung
pada pengetahuan. Dalam agama ontologi memikirkan tentang tuhan.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang
ada yang merupakan kebenaran dan kenyataan baik yang berbentuk jasmani atau
konkret maupun rohani atau abstrak. Ontologi pertama kali diperkenalkan oleh
Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M. untuk menamai teori tentang hakikat yang
ada yang bersifat metafisis. Dalam perkembangannya Christian Wolff (1679-1754
M) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus.
Metafisika umum dimaksud sebagai istilah lain dari ontologi. Dengan demikian,
metafisika umum adalah cabang filsafat yang membicarakann prinsip yang paling
dasar atau dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika khusus
dibagi menjadi tiga yaitu kosmologi (membicarakan tentang alam semesta), psikologi
(membicarakan tentang jiwa manusia), dan teologi (membicarakan tentang Tuhan).
2.
Epistemologi
Epistemologi
atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan, pengendalaian-pengendalian, dan dasar-dasarnya serta
pengertian mengenai pengetahuan yang dimiliki, mula-mula manusia percaya bahwa
dengan kekuatan pengenalanya ia dapat mencapai realitas sebagaimana adanya.
Mereka mengandalikan begitu saja bahwa pengetahuan mengenai kodrat itu mungkin,
meskipun beberapa di antara mereka menyarankan bahwa pengetahuan mengenai
struktur kenyataan dapat lebih dimunculkan dari sumber-sumber tertentu
ketimbang sumber-sumber lainya. Pengertian yang diperoleh oleh manusia melalui
akal, indra, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan,
di antaranya adalah:
a) Metode
Induktif
Induktif yaitu suatu
metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi yang disimpulkan
dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
b) Metode
Deduktif
Deduktif ialah suatu
metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam
suatu sistem pernyataan yang runtut.hal yang harus ada dalam metode deduktif
adalah adanya perbandingan logis antara kesimpulan itu sendiri.penyelidikan
bentuk logis itu bertujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau
ilmiah.
c) Metode
Positivisme
Metode ini dikeluarkan
oleh Agus Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa yang telah
diketahui, faktual dan positif. Ia menyampaikan segala uraian atau persoalan di
luar yang ada sebagai fakta.apa yang diketahui secara positif adalah segala
yang tampak dari segala gejala. Dengan demikian metode ini dalam bidang
filsafat dan ilmu dibatasi kepada bidang gejala saja.
d) Metode
Kontemplatif
Metode ini mengatakan
adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan,
sehingga objek yang dihasilkan pun berbeda-beda yang harusnya dikembangkan
suatu kemampuan akal yang disebut intuisi.
e) Metode
Dialektis
Dalam filsafat,
dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan
filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Plato mengartikannya
sebagai diskusi logika. Kini dialektika berarti tahapan logika yang mengajarkan
kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga menganalisis sistematik tentang
ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.
3.
Aksiologi
Aksiologi
berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang berarti nilai dan logos yang
berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai“. Menurut Bramel,
aksiologi terbagi dalam tiga bagian yaitu moral conduct (tindakan moral),
esthetic expression (ekspresi keindahan), dan sosio-political life (kehidupan
sosial politik). Sedangkan menurut Jujun S. Suriansumantri dalam bukunya
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Dalam Encyclopedia
of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan Value and Valuation.
Ada tiga bentuk Value and Valuation yaitu nilai yang digunakan sebagai kata
benda abstrak, nilai sebagai benda konkret, dan nilai digunakan sebagai kata
kerja dalam ekspresi menilai, member nilai dan dinilai.
Dari
definisi di atas terlihat jelas bahwa aksiologi menjelaskan tentang nilai.
Nilai yang dimaksud disini adalah sesuatu yang dimiliki oleh manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Nilai dalam filsafat
mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
Makna
“etika“ dipakai dalam dua bentuk arti yaitu suatu kumpulan pengetahuan mengenai
penilaian terhadap perbuatan manusia, dan suatu predikat yang dipakai untuk
membedakan hal, perbuatan manusia. Maka akan lebih tepat kalau dikatakan bahwa
objek formal dari sebuah etika adalah norma kesusilaan manusia, dan dapat
dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi
baik dan tidak baik dalam suatu kondisi. Sedangkan estetika berkaitan dengan
nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap
lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
b. Objek
Filsafat Ilmu
Filsafat
ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu lainnya juga memiliki dua
macam objek yaitu objek material dan objek formal.
1.
Objek Material Filsafat ilmu
Objek
Material filsafat ilmu yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot
oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit
ataupun yang abstrak.
Menurut
Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada
dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu
yang ada itu di bagi dua, yaitu :
1) Ada
yang bersifat umum, yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada
umumnya.
2) Ada
yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak dan tidak mutlak
yang terdiri dari manusia dan alam.
2.
Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek
formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Setiap
ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu adalah
hakikat ilmu pengetahuan yang artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatiannya
terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan. Seperti apa hakikat ilmu
pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu
bagi manusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu
pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.
C.
Tujuan Filsafat Ilmu
Di
tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai semakin
menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan. Sebab dengan
mempelajari filsafat ilmu, kita akan menyadari keterbatasan diri dan tidak
terperangkap ke dalam sikap oragansi intelektual. Hal yang lebih diperlukan
adalah sikap keterbukaan kita, sehingga mereka dapat saling menyapa dan
mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan
bersama.
Filsafat
ilmu sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu yang
mengandung manfaat sebagai berikut :
a)
Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian
penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.
b)
Filsafat ilmu merupakan usaha
merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab kecenderungan
kita menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan
itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan disini adalah menerapkan metode ilmiah
yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan bukan sebaliknya.
c)
Filsafat ilmu memberikan pendasaran
logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus
dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan
dipergunakan secara umum.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat dan ilmu
adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis,
karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah merubah
pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris
menjadi logosentris. Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup
besar dengan ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang
menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi.
Filsafat ilmu adalah
tinjauan kritis tentang pendapat ilmiah dengan menilai metode-metode
pemikirannya secara netral dalam kerangka umum cabang pengetahuan intelektual.
Dari sinilah lahir
ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang menjadi lebih terspesialisasi
dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa
manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari segala ilmu membangun kerangka berfikir
dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi.
Dan objek dari filsafat ilmu dapat terbagi menjadi dua yaitu objek material dan
objek formal.
DAFTAR
PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2012, Cet 11.
Feibleman, James K, Ontologi dalam Dagobert D.
Runes, Dictinary Philoshopy, Totowa New Jersey , Little Adam, 1976.
Gazalba, Sidi, Sistematika Filsafat Pengantar kepada
Teori Pengetahuan, Bulan Bintang, Jakarta, 1973.
http://arfiasta.wordpress.com/konsep-dasar-filsafat-ilmu/24-10-2012.
http://www.winkplace.com.filsafat-ilmu-ruang-lingkup-dan.html.02-11-2012.
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan,
Gaya Media Pratama, Jakarta, 1997, cet-1.
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Arab – Indonesia,
Al-Munawwir, Yogyakarta, 1984.
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di
Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2010.
Suriasumatri, Jujun S, Filsafat Ilmu, Pustaka Sinar
harapan, Jakarta, 1998, cet 1.
Salam, Burhanuddin, Pengantar Filsafat, Bina Aksara,
Jakarta, 1988.
http://rachmatfatahillah.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-dan-ruang-lingkup-filsafat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar